Pages

Wednesday, December 2, 2009

HeRe is Here

Kami Melukis Karena Itulah HeRe Ada

Hendra Harsono dan Restu Ratnaningtyas menyambut dari dalam rumah, pasangan muda ini tinggal di sebuah rumah kecil yang juga berfungsi sebagai studio. Studio Hendra Harsono (HeHe) mengambil tempat yang dulunya adalah ruang tamu sedang Restu Ratnaningtyas mengambil tempat sedikit memojok, di dinding berdampingan dengan ruang jemur.
Pada pertemuan ini kami membicarakan lukisan mereka yang masih belum selesai. Tentang proses pembuatan lukisan, cara mereka memulai bekerja, pilihan warna dan lain sebagainya. Sambil duduk di kursi rotan kecil, berhadapan dengan lukisan setengah jadi dari HeHe. Restu menemani sambil sesekali kami menoleh ke pojok ruang di mana lukisan setengah jadinya tengah dikerjakan. Dia gelisah menunggu gilirannya diwawancarai tiba, lalu sore berubah menjadi malam dan kami kemudian larut dalam perbincangan seru.      {read more}

Thursday, November 19, 2009

Silahkan Datang!!!



viyipartroom " in collaboration with " PURIart GALLERY



 
Presented Hendra "HeHe" Harsono and Restu Ratnaningtyas exhibition


"HeRe is Here"
:Kami Melukis Karena Itulah HeRe Ada
 HeRe adalah sebuah proyek kolaborasi antara Restu dan Hendra. Dalam sebuah proyek kolaborasi yang terpenting adalah bagaimana masing-masing pihak mau mengambil peran secara aktif, sekaligus menjadi pasif jika memang dibutuhkan. Posisi tarik ulur inilah yang membuat proyek kolaborasi ini jarang dilakukan oleh para perupa yang punya ego sebesar gunung.
HeRe adalah dunia main-main dari pasangan seniman ini. Di sini mereka terbebas dari cap dagang Hendra Harsono dan Restu Ratnaningtyas yang sering kali membungkus mereka dengan berbagai atribut; seniman muda, low brow artist, street art ism, dan lain sebagainya. Dengan menciptakan He Re maka lahirlah boneka kertas, dan rumah boneka. HeRe adalah sebuah terobosan atas sebuah cap yang mapan. HeRe terlihat lebih santai, tanpa beban, dan lebih eksploratif, mungkin karena mereka mampu mengambil jarak dari karya mereka sebelumnya sehingga lahirlah karya-karya seperti itu. Rumah Boneka ;“Intruder” (karton, lampu, akrilik, 2009) adalah salah satu contohnya. Karya ini lahir setelah mereka “muak” dengan bidang-bidang datar dari kain kanvas. Rumah boneka yang dibuat dari kardus seperti sebuah suaka bagi mereka. Bermain dengan kertas dan membentuknya menjadi objek kecil trimatra, kemudian meletakkan dalam dunia mini yang mereka bentuk serupa sebuah kotak teve, lengkap dengan lampu kelap-kelip di dalamnya.
Bermain dengan material yang murah dan sederhana adalah salah satu ciri yang menonjol pada karya street art di Barat. Ciri ini hilang atau tidak sempat diadopsi oleh anak-anak muda yang meniru gaya itu di Jogja. Karya-karya trimatra mereka kebanyakan terbuat dari serat kaca dan sebagian malah telah mencetaknya dengan logam. Dengan bermain memakai benda yang murah HeRe kembali meletakan spirit seni jalanan ini ke habitatnya; art poverta, seni (bermedia) murah seni rupa untuk “semua” orang. HeRe juga memberi wajah baru bagi karier seniman mereka berdua, sebuah wajah yang anonim, sebuah alias. Identitas baru tempat mereka sembunyi dari dunia senirupa yang mapan yang cepat menjadi tua.
Selamat menikmati Restu ratnaningtyas, Hendra “Hehe” Harsono dan HeRE sang liyan-nya.


Agung Kurniawan


Opening:

Saturday, Nov 21 at 5:00pm

Viviyipartroom, lot 2-3 The Promenade
Warung Buncit Raya 98
Jakarta Selatan

Pameran dibuka sampai  05.12.2009
Buka setiap hari 11.00 - 5.00 WIB kecuali hari libur

  
Pameran akan dilanjutkan ke 
"PURIart GALLERY",
Surabaya pada tanggal 11 desember 2009




Wednesday, October 14, 2009

Small parts from what i do lately..

Mini enamel pot and cup, made from paper

painting
painting

Tuesday, October 13, 2009

cukil cekal


Hardboard cut print on paper

Sunday, August 16, 2009

while hates around me..

Wednesday, August 5, 2009

Insane; JakCloth 2009


Sunday, May 31, 2009

JAKARTA BIENNALE XIII 2009






ARENA: JAKARTA BIENNALE XIII 2009

ZONA PERTARUNGAN

LOKAKARYA SITUS SPESIFIK


Menunggu bersama bubblewrap

Skywalk Halte Dukuh Atas Transjakarta, Jakarta Pusat

Seringkali penumpang harus antri panjang dan lama untuk menunggu bus Transjakarta. Di halte-halte penghubung antarkoridor, setelah berjalan di skywalk yang biasanya cukup jauh seperti di Halte Dukuh Atas, Jakarta Pusat, para penumpang bahkan sudah harus mengantri dari awal raam di antara skywalk dan halte. Sebuah penantian yang tak sebentar. Restu yang terkadang antri di sana, membuat sebuah pelapis bubblewrap di pipa pagar halte. Agar calon penumpang bisa terhibur dengan memecahkan bubblewrap selama mereka menunggu.


Semua Foto oleh Deni Septiyanto.

JAKARTA BIENNALE XIII 2009 / DENI SEPTIYANTO

Related Posts with Thumbnails