Hands Hide Head
Wednesday, March 17, 2010
Thursday, March 4, 2010
ilustrasi novel "ENTROK" penulis Okky Madasari, penerbit Gramedia
awalnya saya buat ini manual dan bernuansa tradisional dan rada suram, tapi request penerbitnya pengen imagenya lebih "muda". Ini yg sebelumnya:
Thursday, February 25, 2010
Friday, February 19, 2010
Run Baby Run!!! (#1)
Saya sangat suka stasiun. Bagi saya tempat ini ajaib. Setiap menit orang - orang bertemu dan berpisah, banyak emosi yang bergolak ditempat ini. Ada kebosanan karena terlalu lama menunggu, kegelisahan, kemarahan karena kereta terlambat, kesedihan berpisah dengan seseorang. Semua memiliki kisahnya sendiri.
Ingatkah anda ketika pertama kali tiba disuatu tempat yang sama sekali asing sendirian? Ketika lelah bercampur dengan antusias dan perasaan takut yang sulit untuk dijelaskan. Sementara kedua mata terus bekerja keras untuk mengenali setiap titik, bentuk, warna, sudut, huruf. Suara – suara dari deru mesin dan lalu lalang percakapan dan teriakan pedagang keliling keluar masuk telinga seenaknya, bau yang campur aduk, menimbulkan perasaan terasing, terkucilkan, terancam oleh sesuatu yang kompleks. Berharap bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melihat saya, merasakan kehadiran saya dan hal yang saya inginkan adalah lari sekencang kencangnya.
Thursday, February 11, 2010
Tuesday, February 9, 2010
more is less
watercolor on paper, 20 x 24 cm
merupakan plesetan dari motto "less is more"nya Robert Browning yang kemudian diadopsi oleh Ludwig Mies van der Rohe seorang arsitek German-Amerika yang merupakan salah satu perintis arsitektur modern (gerakan minimalism). Disini saya ingin menggambarkan bahwa kelebihan bisa menjadi suatu kekurangan. Karena sedikit adalah lebih baik ,dan ini berlaku untuk segala hal :-).
Label:
artwork,
painting,
water color
Wednesday, January 27, 2010
Wednesday, January 6, 2010
Wednesday, December 2, 2009
HeRe is Here
Kami Melukis Karena Itulah HeRe Ada
Hendra Harsono dan Restu Ratnaningtyas menyambut dari dalam rumah, pasangan muda ini tinggal di sebuah rumah kecil yang juga berfungsi sebagai studio. Studio Hendra Harsono (HeHe) mengambil tempat yang dulunya adalah ruang tamu sedang Restu Ratnaningtyas mengambil tempat sedikit memojok, di dinding berdampingan dengan ruang jemur.
Pada pertemuan ini kami membicarakan lukisan mereka yang masih belum selesai. Tentang proses pembuatan lukisan, cara mereka memulai bekerja, pilihan warna dan lain sebagainya. Sambil duduk di kursi rotan kecil, berhadapan dengan lukisan setengah jadi dari HeHe. Restu menemani sambil sesekali kami menoleh ke pojok ruang di mana lukisan setengah jadinya tengah dikerjakan. Dia gelisah menunggu gilirannya diwawancarai tiba, lalu sore berubah menjadi malam dan kami kemudian larut dalam perbincangan seru. {read more}
Label:
exhibition
Thursday, November 19, 2009
Silahkan Datang!!!
viyipartroom " in collaboration with " PURIart GALLERY
:Kami Melukis Karena Itulah HeRe Ada
HeRe adalah sebuah proyek kolaborasi antara Restu dan Hendra. Dalam sebuah proyek kolaborasi yang terpenting adalah bagaimana masing-masing pihak mau mengambil peran secara aktif, sekaligus menjadi pasif jika memang dibutuhkan. Posisi tarik ulur inilah yang membuat proyek kolaborasi ini jarang dilakukan oleh para perupa yang punya ego sebesar gunung.
HeRe adalah dunia main-main dari pasangan seniman ini. Di sini mereka terbebas dari cap dagang Hendra Harsono dan Restu Ratnaningtyas yang sering kali membungkus mereka dengan berbagai atribut; seniman muda, low brow artist, street art ism, dan lain sebagainya. Dengan menciptakan He Re maka lahirlah boneka kertas, dan rumah boneka. HeRe adalah sebuah terobosan atas sebuah cap yang mapan. HeRe terlihat lebih santai, tanpa beban, dan lebih eksploratif, mungkin karena mereka mampu mengambil jarak dari karya mereka sebelumnya sehingga lahirlah karya-karya seperti itu. Rumah Boneka ;“Intruder” (karton, lampu, akrilik, 2009) adalah salah satu contohnya. Karya ini lahir setelah mereka “muak” dengan bidang-bidang datar dari kain kanvas. Rumah boneka yang dibuat dari kardus seperti sebuah suaka bagi mereka. Bermain dengan kertas dan membentuknya menjadi objek kecil trimatra, kemudian meletakkan dalam dunia mini yang mereka bentuk serupa sebuah kotak teve, lengkap dengan lampu kelap-kelip di dalamnya.
Bermain dengan material yang murah dan sederhana adalah salah satu ciri yang menonjol pada karya street art di Barat. Ciri ini hilang atau tidak sempat diadopsi oleh anak-anak muda yang meniru gaya itu di Jogja. Karya-karya trimatra mereka kebanyakan terbuat dari serat kaca dan sebagian malah telah mencetaknya dengan logam. Dengan bermain memakai benda yang murah HeRe kembali meletakan spirit seni jalanan ini ke habitatnya; art poverta, seni (bermedia) murah seni rupa untuk “semua” orang. HeRe juga memberi wajah baru bagi karier seniman mereka berdua, sebuah wajah yang anonim, sebuah alias. Identitas baru tempat mereka sembunyi dari dunia senirupa yang mapan yang cepat menjadi tua.
Selamat menikmati Restu ratnaningtyas, Hendra “Hehe” Harsono dan HeRE sang liyan-nya.
Saturday, Nov 21 at 5:00pm
Viviyipartroom, lot 2-3 The Promenade
Warung Buncit Raya 98
Jakarta Selatan
Pameran dibuka sampai 05.12.2009
Buka setiap hari 11.00 - 5.00 WIB kecuali hari libur
Pameran dibuka sampai 05.12.2009
Buka setiap hari 11.00 - 5.00 WIB kecuali hari libur
Pameran akan dilanjutkan ke
"PURIart GALLERY",
Surabaya pada tanggal 11 desember 2009
Surabaya pada tanggal 11 desember 2009
Label:
event,
exhibition
Subscribe to:
Posts (Atom)